Teori Belajar Piaget
Berdasarkan
teori Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema
(jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang
dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah.
Skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang
menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses
terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses
kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus, yang dapat berupa
persepsi, konsep, hukum, prinsip, atau pengalaman baru, ke dalam skema yang
sudah ada di dalam pikirannya. Asimilasi terjadi jika ciri-ciri stimulus
tersebut cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada. Apabila ciri-ciri
stimulus tidak cocok dengan ciri-ciri skema yang telah ada, seseorang akan
melakukan akomodasi.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang cocok
dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran
diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan
akomodasi. Apabila pada seseorang akomodasi lebih dominan dibandingkan
asimilasi, ia akan memiliki skemata yang banyak tetapi kualitasnya cenderung
rendah. Sebaliknya, apabila asimilasi lebih dominan dibandingkan akomodasi,
seseorang akan memiliki skemata yang tidak banyak, tetapi cenderung memiliki
kualitas yang tinggi. Keseimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan
akomodasi diperlukan untuk perkembangan intelek seseorang, menuju ke tingkat
yang lebih tinggi.
Piaget
(dalam Carin & Sund, 1975) menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna
tidak akan terjadi kecuali siswa dapat beraksi secara mental dalam bentuk
asimilasi dan akomodasi terhadap informasi atau stimulus yang ada di
sekitarnya. Bila hal ini tidak terjadi, guru dan siswa hanya akan terlibat
dalam belajar semu (pseudo-learning)
dan informasi yang dipelajari cenderung mudah terlupakan.
Proses kognitif yang dibutuhkan dalam rangka mengonstruk
konsep, hukum, atau prinsip dalam skema seseorang melalui tahapan mengamati,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan yang terjadi dalam pembelajaran
dengan metode saintifik selalu melibatkan proses asimilasi dan akomodasi. Oleh
karena itu, teori belajar Piaget sangat relevan dengan metode saintifik.
No comments:
Post a Comment